Barangkali, Inseparable adalah
wujud dari mimpi serta imaji saya. Sebuah cerita tentang remaja SMA yang
memiliki kegalauan akan pilihan dalam hidupnya. Cerita ini khas sekali dengan
dunia remaja, karena bagi saya, masa remaja adalah masa indah yang tak pernah
habis untuk dikupas. Saya pernah membayangkan untuk membuat cerita tentang
seorang remaja SMA yang kharismatik dan menyukai olahraga. Dalam bayangan itu,
tergambar betapa besar mimpi yang ia miliki, meskipun ia tahu besar pula
hambatannya untuk mencapai mimpi tersebut. Namun ia tidak menyerah, baginya,
mimpi hanya akan menjadi bunga tidur bila ia tidak mewujudkannya. Tokoh pertama
yang tercetus dalam benak saya untuk novel ini adalah Tristan. Ya,
Tristan lahir ketika saya mengharapkan ada sosok laki-laki cuek, jail,
ambisius, dan melankolis berada di dekat saya. Sayangnya, saya hanya bisa
membuat sosoknya secara fiksi. Tristan adalah seorang pelari jarak pendek yang
ingin sekali memenangkan maraton. Sayangnya, ada beberapa hal yang membuat
mimpinya perlahan runtuh. Inspirasi pemilihan tokoh pelari saya dapatkan dari
salah satu film Thailand Seven Something. Sisi melankolis Tristan
saya dapat ketika saya tahu ia suka membaca dongeng. Ya, dongeng Tristan
and Isolde. Dongeng yang sendu dan abu-abu. Seperti Tristan.
Lain halnya Tristan, sosok Calya saya ciptakan secara tidak sengaja ketika saya membayangkan bagaimana rasanya dilema dalam memilih. Calya adalah tokoh utama dalam novel ini, namun kehadirannya didahului oleh Tristan. Nama Calya sendiri saya ambil dari bahasa Jawa, artinya cantik, seperti gambaran sosoknya. Calya adalah remaja yang ceria dan manja, juga seorang flyer dalam klub yang ia tekuni. Ia memiliki seorang pacar bernama Gav, yang mana hubungan mereka telah berjalan selama hampir satu tahun. Gav adalah sosok yang tercipta ketika saya menginginkan seseorang untuk menemani Calya. Sifat Calya yang manja, membuat Gav terlahir menjadi sosok yang tenang dan dewasa. Gav adalah seorang pemain bisbol aktif di klubnya. Ia ingin sekali kuliah ke luar negeri untuk mewujudkan cita-citanya sebagai lawyer. Sejak saat itu, sosok Calya, Gav, dan Tristan, menjadi teman akrab dalam mimpi dan imaji saya.
Cerita ini dikemas dengan konflik yang sering dialami oleh remaja. Saya melihat sendiri dalam kehidupan nyata bahwa masa remaja adalah masa ketika kita dituntut untuk memilih yang terbaik. Mungkin banyak orang berpikir konflik ini seputar perselingkuhan. Namun, bukan itu yang ingin saya sampaikan. Saya hanya ingin berkata bahwa cinta adalah satu hal abstrak yang kita tak pernah tahu di mana ia akan jatuh dan mengakar. Kita tidak bisa menyalahkan kepada siapa hati kita berlabuh atas nama cinta. Cinta adalah kenyamanan yang didapat dari dua insan yang saling berhubungan. Cinta itu pelajaran tentang bagaimana kita mengerti bahwa ikhlas dan kecewa adalah dua elemen yang mendewasakan. Ambisi yang besar, kegagalan, kekecewaan, pengorbanan, dilema, dan air mata, adalah unsur-unsur yang akan kamu dapatkan dalam Inseparable.
"Semua orang memang harus menjadi munafik untuk merelakan orang yang disayanginya pergi," ― Gav.
Warm regards,
Laili Muttamimah