Mau sampai kapan terus begini? Datang dan
menghilang tanpa permisi. Sebentar singgah lalu angkat kaki, sebentar menetap
lalu pergi. Mau sampai kapan? Ketahuilah, bukan kalian saja yang lelah, kami
pun begitu. Bukan kalian saja yang merasa jenuh akan ketidakpastian, kami pun
begitu. Kami cukup muak dengan kalian yang datang dengan senyum dan pergi
membawa air mata kami. Kami sangat lelah mengikuti permainan kalian.
Kami tahu, menjadi seorang laki-laki memang berat.
Kalian terus-menerus disodorkan oleh pernyataan bahwa "Laki-laki harus
menepati janji" atau "Laki-laki harus berpegang teguh dengan
prinsip". Kami tahu ada saatnya dimana janji yang kalian ucapkan tak bisa
dipenuhi, ada saatnya prinsip yang kalian pegang tak lagi bisa dijalani, tapi kami
bisa memaklumi itu jika kalian memberi kami alasan yang pasti.
Kalian benar, sebagian dari kami memang menutupi
diri dengan rasa gengsi untuk memulai duluan. Sebagian dari kami mungkin egois
untuk meminta kalian tetap mengejar kami, karena apa? Karena kami ingin tahu
berapa besarnya usaha kalian untuk mendapatkan kami. Kami bukannya membiarkan
kalian tanpa kepastian, kami hanya mencegah perasaan yang tidak kami inginkan.
Ketika kami tidak bisa membalas perasaan kalian dan
mencoba memberi 'kode' dengan bersikap cuek, kalian malah men-judge kami sok
jual mahal, padahal kami hanya ingin menjaga perasaan kalian agar tidak
berharap terlalu jauh.
Satu hal yang kalian perlu tahu, ketika kami
menyukai seseorang (dan tahu bahwa orang yang kami suka punya rasa yang sama)
kami tanpa canggung akan memulai lebih dulu. Atas dasar perasaan, kami akan
mengirim pesan lebih dulu (meski dengan basa-basi dan topik yang nggak jelas)
kami selalu mencari kesempatan untuk mengobrol dengan kalian walau singkat
waktu. Kami pun nggak segan buat menyapa lebih dulu atau dengan sengaja menemui
kalian, hanya untuk melakukan sesuatu bersama walau hanya sebentar. Kami pun
dengan rela ikut menyukai hal yang kalian sukai (game, bola, olahraga, film
horror, musik rock) meski awalnya semua itu berat, namun bila melakukannya
bersama kalian, kami akan sangat senang.
Ketahuilah bahwa kita berdua sama. Kita dapat
saling membahagiakan, dapat pula saling menyakiti. Kalau kita memang
ditakdirkan untuk bersama, maka Tuhan akan mempermudah jalan pertemuan kita.
Meski dalam situasi yang rumit, meski dalam timbunan rasa sakit, kita pasti
akan memperjuangkan cinta kita bersama-sama (tanpa pusing memikirkan siapa yang
harus memulai lebih dulu).
Ketika kami nggak mau "ngomong duluan",
itu tandanya kami was-was akan tersakiti kalau-kalau perasaan yang telah lama
kami simpan rapi ini, diobrak-abrik oleh kalian dalam sekejap. Kalian
datang dengan berbagai alasan untuk membuat kami nyaman dan pergi begitu saja
tanpa alasan yang pasti, apa siklusnya selalu seperti itu?
Jika kalian butuh kepastian, kami pun begitu. Tapi
kepastian itu nggak akan tercipta kalau di antara kita masih saling memikirkan
siapa yang harus bergerak lebih dulu.
Jangan jadikan cinta sebagai perhitungan, tapi
jadikan apa yang telah kita lakukan sebagai rasa ikhlas karena cinta.
Sejujurnya, kami iri pada kalian yang bisa
menggunakan logika lebih baik ketimbang perasaan. Meski hati kalian merasa
sakit, namun otak kalian selalu berputar mencari jalan untuk keluar dari rasa
sakit itu. Bagaimana kami? Kami memang tidak sekuat kalian. Meski logika kami
bisa mencari jalan keluar, namun perasaan kami yang rentan itu selalu
menutupinya. Rasa sayang dan rindu itu selalu menahan kami untuk pergi dari
kalian, dan sakit hati itu menjadi berkepanjangan.
Tapi...
Terima kasih, untuk kalian yang telah menganggap
kami begitu berharga, untuk kalian yang menyayangi kami sepenuh hati, dan untuk
kalian yang memperlakukan kami seperti perempuan seutuhnya.
Walau bagaimana pun, kelak kalian akan menjadi
pemimpin dalam hidup kami. Kalian akan melindungi kami dalam rengkuhan kalian,
dan kami akan menghormati kalian sebagai seorang laki-laki, tanpa diminta.