Saya menulis Haru no Sora di tengah keputusasaan, bahkan hampir menyerah dan tidak ingin melanjutkan. Saya mengirim naskah mentah ini tiga hari sebelum deadline lomba yang diadakan oleh Ice Cube, yang bertajuk Young Adult Realistic Novel―merajut cerita apa adanya. Terkadang, keajaiban Tuhan memang benar-benar indah. Tuhan tidak akan membiarkan hambanya terpuruk dalam keputusasaan. Saya merasa, tahun 2014 adalah tahun kegagalan bagi saya. Saya berniat menulis untuk YARN sejak lomba itu dibuka, namun banyaknya ujian dan kegagalan yang saya alami, membuat mood saya hancur dan membiarkan tulisan saya teronggok di draf. Saking putus asanya, saya sampai empat kali mengganti cerita dan judulnya.
Haru no Sora lahir dalam pikiran saya seperti
sebuah keajaiban. Dengan tekad bangkit dari keputusasaan, saya pun
menyelesaikan naskah ini di tengah kegalauan dan deadline yang
tinggal seminggu. Saya mendapat inspirasi tentang Haru no Sora ketika saya
berdiri di balkon sendirian, melihat langit berawan yang hari itu cerah sekali,
dan merasa hati saya menghangat. Berasal dari kata "langit", saya pun
menulis Haru no Sora.
Ketika melihat beberapa nama penulis mengikuti
lomba yang sama, saya mencoba untuk tidak berharap lebih. Saya berusaha untuk
tidak memikirkan naskah itu agar tidak menyiapkan diri untuk kecewa (lagi).
Sampai ketika pemenang lomba itu diumumkan, saya benar-benar tidak
menyangka bahwa Haru no Sora keluar sebagai juara kedua dan akan
diterbitkan. Saya amat bersyukur. Haru no Sora adalah hadiah penutup tahun
(penuh kegagalan) yang sangat indah.
Karena dibuat dalam keputusasaan, saya rasa novel
ini pun menceritakan tentang keputusasaan seorang gadis dalam menjalani
lika-liku hidupnya. Sejak dulu, saya selalu bermimpi menulis novel dengan
setting Jepang dan kali ini, Alhamdulillah, mimpi saya terwujud. Berkat Haru no
Sora, saya dapat mengeksplor banyak hal, terutama tentang budaya dan Kamakura
(salah satu setting yang digunakan dalam cerita). Saya sangat senang
mempelajari budaya dan Haru no Sora menjadi alasan bagi saya untuk belajar.
Saya berterima kasih kepada banyak pihak yang telah
membantu dalam terbitnya novel ini. Kepad Ice Cube dan Kepustakaan Populer
Gramedia, keluarga, teman-teman, terima kasih banyak atas kesempatan dan
dukungannya. Editorku yang hebat, Anida Nurrahmi, ia memberi saya banyak
ide dan asyik sekali diajak sharing.
Satu hal yang saya acungi jempol dari sosoknya adalah ketelitiannya dalam
"menelanjangi" naskah. Glad to worked with her.
Novel ini tersedia di toko buku Gramedia mulai 9 Februari
2015. Selamat membaca dan menikmati hujan kelopak sakura!
Warm regards,
Laili Muttamimah
In the end, sweet things always come and make us smile :)
ReplyDelete