Menu

Monday, August 8, 2016

Pelabuhan Sunda Kelapa, Kisah di Balik Kapal-Kapal

 

Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, sering kali didatangi oleh para pencinta fotografi untuk membidik gambar di sana. Barisan kapal-kapal yang kokoh menjadi seni tersendiri bagi para fotografer untuk menghabiskan waktu menyusuri pelabuhan. Bahkan, tempat ini kini masuk dalam daftar “Tempat Untuk Hunting Foto di Jakarta” karena banyak sekali wisatawan mengunjungi tempat ini. Untuk mencapai pelabuhan ini pun tidak sulit, cukup menumpang mikrolet 15 ke arah Priuk dari Kota Tua dan turun di depan gerbang pelabuhan.





Banyaknya wisatawan yang datang, menjadikan kesempatan tersendiri bagi para buruh yang bekerja. Mereka dengan antusias menawarkan jasa perahu untuk mengitari pelabuhan. Di balik kapal-kapal yang berbaris kokoh, tersimpan cerita tersendiri tentang para buruh di pelabuhan ini. Kebanyakan dari mereka berkulit hitam legam karena sengatan cahaya matahari setiap harinya, baju mereka apa adanya, dan wajah mereka kotor akan debu yang sangat tebal dari truk-truk pengangkut yang melintas. Pekerjaan mereka adalah mengangkut barang dari truk ke atas kapal, seperti semen dan bahan bangunan lainnya. Sesekali, mereka diberi pekerjaan untuk mengecat kapal-kapal di sana.





Jika dilihat dari segi kebersihan, pelabuhan ini tidak dapat dikatakan bersih. Panas yang amat menyengat membuat wisatawan banyak datang di sore hari untuk melihat matahari terbenam, belum lagi debu yang mengepul tebal dan air yang keruh kecoklatan. Ironisnya, banyak sekali anak-anak yang mandi di air keruh itu, sambil bercanda di tepi perahu. Hal itu menjadi cerita tersendiri yang saya dapatkan. Padahal, para buruh dan masyarakat setempatlah yang membuat pelabuhan ini tetap ‘hidup’, namun tampaknya, kehadiran mereka masih dipandang sebelah mata.

Lihat hasil foto saya lainnya di Berburu Foto Human Interest di Petak Sembilan.










Senang sekali rasanya bisa menjamah sampai ke bagian pinggir ibukota. Sayangnya, kami datang di siang hari ketika matahari sedang panas-panasnya. Mungkin datang di sore hari ketika matahari terbenam bisa menjadi pilihan yang bagus untuk destinasi selanjutnya, melihat kerangka kapal tampak siluet dari kejauhan. Dan, terima kasih untuk sahabat saya, Ryan Satria, yang sudah sabar memenuhi 'ke-banyak-mauan' saya menjelajahi tempat ini. :)

No comments:

Post a Comment