Namun, kita semua tahu bahwa pepatah “tak ada yang sempurna di dunia ini” atau “kesempurnaan hanya milik Tuhan” sudah menjadi satu hal yang kita tanam di luar kepala. Meski begitu, tidak jarang kita masih saja berusaha mencari kesempurnaan dalam diri kita, entah dengan menemukan ketidaksempurnaan atau membandingkannya dengan orang lain.
Itu mengapa, kita dilahirkan dengan ketidaksempurnaan, agar kita bisa belajar lebih banyak dan tidak mudah puas dengan apa yang sudah kita miliki. Kita diberi kesempatan untuk terus meningkatkan diri menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Berusaha menjadi sempurna itu baik, namun terlalu mematok diri pada kesempurnaan hanya akan membuat kita menemui titik jenuh. When you’re looking for perfection, actually, you’re just looking for nothing. Kita tidak bisa menjadi baik dalam semua hal, walaupun kita memiliki bakat lebih dari satu. Si A mungkin baik dalam olahraga, tetapi dia tidak mahir bermain musik. Si B sudah menerbitkan 10 buku best seller, tetapi ada saja pembaca yang tidak menyukai karyanya. Si C selalu mendapat nilai A di ujian teori, tetapi dia harus puas dengan B- di ujian praktik. Dari itu semua, hal yang perlu kita lakukan adalah bersyukur. Namun, ‘bersyukur’ tidak sama dengan ‘cepat puas’. Bersyukur membuat kita lebih menghargai apa yang sudah kita punya dan terus berusaha memperbaiki kekurangan ke depannya. Sedangkan, cepat puas berarti membuat kita tidak ingin mencoba tantangan baru dan menghentikan langkah di titik puas itu.
Kesempurnaan tentu indah. Indah dilihat, indah dirasakan, indah didengar, dan masih banyak lagi. Tapi, ketidaksempurnaan-lah yang justru membuat kita menjadi manusia seutuhnya. Imperfection makes a human human. Tanpa ketidaksempurnaan, kita tak pernah mengenal yang namanya bangkit, karena kita tak tahu apa itu gagal. Kita tak pernah mencoba tantangan, karena jalan yang kita punya semulus sutera. Dan kita tak pernah menjadi baik, karena kita tak pernah merasakan bagaimana menjadi buruk.
Lakukan yang terbaik, tanpa mengekspetasikan suatu kesempurnaan atau hasil yang berlebihan. Karya, pekerjaan, atau bahkan diri kita sendiri mungkin memiliki cela, namun setidaknya kita selalu melakukan yang terbaik dan memaksimalkan apa yang kita kerjakan. Kita memang tak akan pernah terlihat baik di mata semua orang, tapi bukan berarti hal itu menahan kita untuk tidak berbuat baik. Pada akhirnya, kita akan merasa hidup ini sempurna ketika kita bisa melakukan perubahan positif, baik untuk diri kita, maupun orang lain.