7 Alasan Mengapa Kamu Wajib Magang di Konsultan PR
By Laili Muttamimah - June 24, 2018
Photo by Christina @ wocintechchat.com on Unsplash |
Sebagai mahasiswa, masa-masa Praktik Kerja Lapangan (PKL)
atau magang pasti menjadi momen yang menyenangkan sekaligus mendebarkan,
terutama bagi mereka yang belum pernah terjun dalam dunia kerja. Nggak jarang,
mereka menjadi lebih pemilih saat menentukan di mana tempat kerja pertama kali.
Pertimbangannya macam-macam, bisa bidang pekerjaannya, gajinya, sampai reputasi
perusahaannya yang bakal keren kalau mejeng di CV. Namun, sebenarnya magang
adalah momen bagi kita untuk belajar sebanyak-banyaknya.
Saya mendapat kesempatan magang saat duduk di
semester 7 jurusan Public Relations
(PR). Sebagai mahasiswa PR yang jarang banget dapat praktik lapangan seperti
peminatan Ilmu Komunikasi lainnya, tentu magang menjadi kesempatan besar untuk
mempraktikkan segala teori yang dipelajari di kelas. Jujur, sejak masuk
peminatan PR, saya selalu penasaran dengan pekerjaan seorang konsultan PR.
Ditambah lagi, beberapa dosen saya juga bekerja di konsultan PR dan nggak
jarang mereka membagikan pengalaman kerja di sana. Jadi, ketika masa pencarian
magang dimulai, saya langsung berburu kantor-kantor konsultan PR di Jakarta.
Awalnya, saya memang cukup pemilih ketika akan mengirim lamaran. Saya melamar
di konsultan-konsultan PR besar seperti Edelman, Maverick, Burson-Marsteller,
dan Fleishman Hillard. Saya nggak lolos tahap seleksi di Maverick (padahal
tinggal satu tahap lagi, hiks), sedangkan status lamaran saya di Edelman,
Burson-Marsteller, dan Fleishman Hillard nggak berlanjut (nggak lolos sih,
intinya. Hahaha). Saya pun melamar di konsultan-konsultan PR yang masih
berkembang. Alhamdulillah, saya mendapat beberapa panggilan interview. Namun singkatnya, saya nggak
melanjutkan proses lamaran karena adanya ketidakcocokan, mulai dari jam kerja
sampai posisi magang yang dibutuhkan.
Beberapa teman bilang saya harus melepas idealisme saya. Nggak harus magang di konsultan PR kali,
Lel, perusahaan atau lembaga juga banyak terima anak PR buat magang,
katanya. Saat itu, periode magang akan dimulai. Banyak teman saya yang sudah diterima
magang di BUMN maupun lembaga pemerintahan, tapi saya belum ada panggilan di
mana pun. Akhirnya, saya mengikuti ucapan teman-teman saya untuk melamar di
perusahaan, NGO, dan kementerian. Tapi, meski saya mendapatkan panggilan interview, saya merasa ada yang
mengganjal. Saya masih kepingin magang di konsultan PR.
Saya sempat menghubungi dosen-dosen yang bekerja di
konsultan PR untuk meminta lowongan magang, sayangnya kantor mereka pun penuh
dengan anak magang. Sampai akhirnya, di tengah keputusasaan (cielah), seorang
senior menghubungi saya dan berkata bahwa konsultan PR tempatnya bekerja sedang
butuh anak magang secepatnya. Cusss... saya langsung taruh lamaran di sana. Alhamdulillah,
dua hari berikutnya, saya resmi bergabung menjadi anak magang di Seqara
Communications (PT. Samudera Kreatif Indonesia). Sampai saat ini, pengalaman
magang di sana benar-benar membantu saya dalam mengasah kemampuan PR.
Bersama tim Seqara Communications |
Memangnya kenapa sih harus banget konsultan PR?
1. Terjun Langsung ke dalam Dunia PR
Berdasarkan pengalaman saya, magang di konsultan PR
benar-benar membuat kita berhadapan dengan dunia PR seutuhnya. Semua yang kita
pelajari di bangku kuliah, seperti media
relations, media monitoring, PR writing, publications, sampai crisis and issue management benar-benar
dipraktikkan di konsultan, karena memang ruang lingkup kerja mereka berada di
bidang-bidang tersebut. Kebayang kan rasanya ketika 6 semester kita belajar
tetek-bengek soal PR, terus pas magang semua materi itu kepake banget? Ya,
sepuas itu rasanya! Seenggaknya, saya merasa ilmu yang saya punya nggak
sia-sia.
Ketika saya sharing dengan
beberapa teman yang bekerja di perusahaan maupun kementerian, beberapa dari
mereka mengaku pekerjaannya nggak sesuai dengan lingkup PR. Ada yang
mengerjakan administrasi, paling mentok dikasih kerjaan media monitoring dan bikin kliping. Kalau bagus banget, bisa deh
turun ke event management atau urus press conference. Hal ini dikarenakan
perusahaan dan kementerian sudah punya bagian masing-masing untuk mengerjakan
beberapa bidang PR, sehingga nggak banyak anak magang yang bisa terjun ke
seluruh bagiannya. Bahkan ada teman saya yang mengaku nggak dapat kerjaan sama
sekali sampai-sampai dia bingung harus menulis laporan apa. Itu mengapa, magang
di konsultan PR bisa menjadi nilai plus buat kita yang mau mempraktikkan
langsung ilmu-ilmu PR layaknya makanan sehari-hari. Alhamdulillah, saat magang
tiga bulan di Seqara Communications, saya bisa mencicipi rasanya urus press conference lebih dari dua kali, media relations, media monitoring, media gathering, sampai yang paling
mewah... ikut bikin press release
(yang ternyata nggak semudah waktu kuliah dan kena banyak koreksi dari supervisornya)
tapi paling nggak, kesempatan itu jadi nilai tersendiri.
2. Mengenali Bidang Klien yang Berbeda
Bekerja di konsultan, berarti siap bertemu dengan klien.
Buat anak magang, tentu urusannya belum sampai ke tahap pitching, tapi paling nggak bisa kenalan sama klien yang ditangani.
Buat saya, berhadapan sama klien ini nggak cuma bisa nambah relasi, tapi juga
mencari tahu passion kita ada di
bidang mana. Misalnya (nasib kamu sama kayak saya), kamu belum tahu nantinya akan
bekerja di perusahaan apa. Dengan bergabung dalam konsultan PR, kamu bisa lihat
gimana cara kerja bermacam-macam perusahaan, mulai dari perminyakan, asuransi, sampai
FMCG, yang menjadi klien di konsultan tempat magangmu. Lumayan kok dalam waktu
tiga bulan, kamu bisa observasi lingkup kerja mereka seperti apa. Syukur-syukur
kalau konsultanmu lagi dapat klien banyak! :p
3. Menjalin Hubungan dengan Wartawan
Nah, pengalaman magang saya lebih banyak dalam lingkup media relations. Jujur, waktu masih
kuliah, saya paling takut kalau diminta berhadapan dengan wartawan. Dan
ternyata, saya justru lebih banyak menangani wartawan semasa magang! Menjalin
hubungan dengan wartawan bisa dibilang susah-susah gampang, ya sama kayak kita
kenalan sama teman baru. Namun, karena ini lingkupnya profesional, pastinya ada
batasan-batasan tersendiri (nggak bisa terlalu sok akrab). Kalau kamu mendapat kesempatan untuk urus media relations di tempat magang, ini bakal jadi kesempatan bagus untuk melatih percaya diri berhubungan dengan wartawan. Jujur, saya juga awalnya sering jiper, apalagi pas kena omel wartawan atau redaktur via telepon. Tapi semakin lama, jadi terbiasa kok. Bahkan waktu itu, saya dapat tugas dari tim Seqara Communications buat urus media gathering! Itu pertama kalinya bagi saya ngobrol santai secara langsung sama wartawan dari jam 5 sore sampai 9 malam saking asyiknya! Lebih bagus lagi, kalau kita bisa maintain relationship sama wartawan mulai dari sekarang.
Sebenarnya, kamu juga bisa menangani wartawan di perusahaan atau
kementerian. Namun, porsinya mungkin nggak sebanyak di konsultan PR. Oh iya,
satu lagi, kamu juga bakal tahu kalau ternyata “wartawan bodrek” itu bukanlah
fiktif belaka! Hahaha. Mereka benar-benar muncul di depan mata, kamu bakal
lihat dan tahu ciri-cirinya nanti.
4. Media Monitoring, Bukan Cuma Bikin
Kliping!
Jujur deh, waktu kuliah, pasti anak-anak PR sering bilang
“Ah, paling kerjaan gue nanti cuma medmon.”
Kita sering menganggap media monitoring
itu kerjaan PR ‘paling rendah’ karena anak magang di bidang PR selalu memulai
pekerjaannya dari tahap media monitoring.
Ketika kuliah, kita sering berpikir media
monitoring itu cuma soal gunting artikel berita dari koran lalu ditempel
dan dihitung. Tapi, ketika saya ngerasain langsung urus media monitoring, ternyata nggak semudah itu, saudara-saudara! :’) Waktu
itu saya kebagian urus media monitoring
media online, jadi perhitungannya
sudah ada rumus perkalian tersendiri dengan keterangan Tier 1, Tier 2, dan Tier 3
sesuai jenis medianya. Saya pikir, kerjaan kita cuma merekap dan menghitung
aja, tapi ternyata kita harus mantengin seluruh media setiap hari, membaca
artikel satu per satu, mencari berita seputar acara klien atau perusahaan kita,
dan menganalisis hasil dari monitoring tersebut.
Menurut saya, media monitoring untuk
media cetak lebih sulit, karena kita harus mencari beritanya lembar demi lembar,
mengukur artikelnya pakai penggaris, menghitung biaya iklan, biaya kolom,
sampai membuat database untuk media covering. Belum lagi, kalau
dikasih deadline ketat dari klien
setiap harinya dan ditanya “Cuma segini dapetnya?”. Aaah, tantangan banget pokoknya! Intinya, dari pengalaman ini, saya sadar bahwa pekerjaan media monitoring pun butuh kemampuan
yang mumpuni, bukan cuma soal bikin kliping.
5. Melatih Kemampuan Event
Management
Ketika magang di konsultan PR, sering kali kita diundang
atau berpartisipasi dalam event
klien. Biasanya, jika konsultan kita memberikan jasa media relations dan
monitoring pada klien, kita akan bertugas di press room untuk membantu para wartawan. Tapi, ketika konsultan
kita memberikan jasa event management,
nah kita bisa deh belajar cara membuat event
besar dari sana. Bagi mahasiswa yang sudah terbiasa bikin acara di organisasi,
kemampuan event management-nya
mungkin nggak perlu diragukan lagi, ya. Tapi mengatur acara saat magang ini
menjadi tantangan tersendiri, karena peserta yang dihadapi pun lingkupnya lebih
luas dan profesional.
Kalau ditelaah dari sisi PR, kebetulan saya pernah
mendapat tugas membuat konten press
release. Jadi, sepanjang acara berlangsung, saya diminta untuk mewawancarai
peserta maupun panitia terkait acara, yang nantinya akan masuk dalam konten press release. Ini tantangan banget sih,
apalagi nggak semua orang mau diwawancara. Walaupun saya punya basic di pers mahasiswa, tapi
teman-teman PR paham kan, kalau istilah bad
news is a good news sama sekali nggak berlaku dalam dunia PR (Good image is a must, cuy!). Itu kenapa,
kita bisa belajar hal-hal tersebut dari kesempatan magang.
6. Belajar Kerja Multitasking, Underpressure, dan Tight
Deadline
Ini yang paling penting! Selain kita mendapat banyak hard skill baru, jangan lupa juga untuk
mengasah soft skill kita. Berdasarkan
pengalaman saya, ada minimal tiga soft
skill dasar yang harus dimiliki bagi mereka yang ingin bekerja di konsultan
atau agensi, yaitu harus bisa bekerja multitasking,
underpressure, dan dalam deadline
yang ketat. Jika kita belum terbiasa dengan hal-hal tersebut, nggak jarang
bekerja di konsultan bikin cepat stres. Memang tekanan kerja di konsultan
sangat tinggi dan jam kerjanya cenderung berlebihan (nggak musti 8 jam
perhari). Walaupun kita cuma anak magang, kita pun harus mengikuti ritme kerja
mereka.
Alhamdulillah, saya sudah sering bekerja underpressure dengan deadline
ketat di organisasi, jadi untuk bagian ini nggak terlalu kesulitan. Tapi...
bekerja MULTITASKING! Saya sering
kena tegur atasan soal ini. Bahkan atasan saya menulis pesan agar saya belajar
kerja multitasking dalam penilaian
laporan magang. Mungkin karena saya orang yang terlalu fokus, jadi saya harus
menyelesaikan satu pekerjaan dulu, baru bisa memulai yang lain. Sedangkan kalau
di konsultan, kita harus siap membagi pikiran dan fisik kita untuk mengerjakan
banyak hal. Buat yang belum terbiasa kayak saya, bisa-bisa sampai kena gejala
tifus! Hahaha. Tapi sisi positifnya, kita jadi disiplin pada apa yang kita
kerjaan dan nggak menganggap enteng tugas sekecil apa pun. Kalau prinsip kerja
ini diterapkan, terasa banget deh gimana waktu sangat berharga setiap detiknya.
7. (Biasanya) Dapat Gaji
Nggak bisa dimungkiri, yang satu ini juga pasti menjadi
pertimbangan buat mahasiswa yang mau cari magang. Yap, gaji! Setahu saya, kalau
kita bekerja di perusahaan swasta (termasuk konsultan), kita akan mendapat
gaji. Standarnya, anak magang hanya mendapat gaji berupa uang transport dan
makan. Biasanya, jumlah yang diberikan sekitar Rp35.000–Rp60.000 perhari atau
bahkan lebih. Lumayan lah, buat uang capek dan jajan akhir bulan. Nah, berbeda
dengan mahasiswa yang magang di BUMN atau lembaga pemerintahan, biasanya mereka
nggak menyediakan gaji untuk anak magang. Ya, idealis dikit deh, yang penting
pengalaman, kan? :p
Nah, itu dia 7 alasan kenapa kamu wajib magang di
konsultan PR, karena konsultan bisa jadi ladang yang bagus bagi kamu untuk
terjun mempraktikkan ilmu-ilmu PR. Saran saya, cobalah lamar di konsultan PR
yang masih berkembang dan punya tim kecil, karena kita akan mendapatkan porsi
kerja yang cukup banyak, bahkan diizinkan mencicipi kesempatan yang sama
seperti pekerja tetap di sana. Ini bagus banget buat belajar. Lalu, jangan lupa
juga untuk membuka diri dan menjalin pertemanan dengan rekan-rekan serta atasan
di sana. Ajaklah mereka diskusi atau tanya hal-hal yang kita nggak ngerti,
lumayan juga kan dapet ilmu baru. Siapa tahu ke depannya bisa kerja bareng lagi
(Dasar oportunis! Hahaha). Yang paling penting, nikmatilah masa magangmu dan
jangan pernah takut melakukan kesalahan. Kena semprot sekali lima kali wajar,
asal setelah itu kita perbaiki kesalahannya.
Gimana? Tertarik buat magang di konsultan PR? :)